Kamis, 30 Mei 2013

Subneting dan Routing

Pertama-tama kita akan membahas tentang Perbedaan dari:

Router, Switch dan Hub

Fungsi Router, Hub dan switch sangant berbeda satu sama lainnya, bahkan jika semua alat tersebut terintegrasi kedalam satu perangkat. Hub dan swich merupakan perangkat yang mempunyai peran yang sama pada jaringan. masing-masing berfungsi sebagai koneksi sentral  untuk semua peeralatan jaringan dan menangani tipe data yang di kenal sebagai bingkai. Bingkai yang membawa data dan ketika di terima akan di transmisikan ke port dari PC tujuan. Perbedaan besar antara kedua perangkat adalam metode frame yang di sampaikan.

Dalam sebuah Hub sebuah frame berfungsi untuk menyampaikan atau "broadcast (Menyiarkan)" kepada setiap terminal. Pada peralatan ini banyak lalu lintas pada jaringan dan dapat menyebabkan tanggapan jaringan yang kurang atau lambat.

sebuah Switch menyimpan catatan MAC addres dari perangkat yang terhubung. dengan informasi ini, suatu saklar dapat mengidentifikasi sistem yang terpasang pada jaringan jadi, ketika bingkai di terima, peralatan tersebut tahu persis port untuk mengirimkannya ke tujuan.Dan, tidak seperti hub, switch dengan spesifikasi 10/100Mbps akan mengalokasikan 10/100Mbps penuh untuk setiap port nya. Jadi berapapun jumlah PC ditransmisikan, pengguna akan selalu memiliki akses ke jumlah maksimum bandwidth. Ini untuk alasan-alasan mengapa switch dianggap menjadi pilihan yang jauh lebih baik dari hub.
Router adalah perangkat yang sama sekali berbeda dengan kedua peralatan yang telah di jelaskan diatas. Apabila suatu hub atau switch berkaitan dengan bingkai transmisi, fungsi router, adalah untuk paket rute ke jaringan paket yang lain sampai akhirnya mencapai tujuannya. Salah satu fitur utama dari sebuah paket adalah bahwa tidak hanya berisi data, tetapi alamat tujuan di mana ia akan pergi.



Definisi

Subnet adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar

Subnetting adalah proses memecah suatu IP jaringan ke sub jaringan yang lebih kecil yang disebut "subnet." Setiap subnet deskripsi non-fisik (atau ID) untuk jaringan-sub fisik (biasanya jaringan beralih dari host yang mengandung satu router-router dalam jaringan multi).

Routing adalah proses pengiriman data maupun informasi dengan meneruskan paket data yang dikirim dari jaringan satu ke jaringan lainnya

DMZ merupakan mekanisme untuk melindungi system internal dari serangan hacker atau pihak-pihak lain yang ingin memasuki system tanpa mempunyai hak akses.Sehingga karena DMZ dapat di akses oleh pengguna yang tidak mempunyai hak, maka DMZ tidak mengandung rule.

Routing static adalah jenis routing yang dilakukan admin/pengelola jaringan untuk mengkonfigurasi informasi tentang jaringan yang dituju secara manual.

Dynamic routing adalah fungsi dari routing protocol yang berkomunikasi dengan router yang lain untuk saling meremajakan (update) tabel routing yang ada. Dengan demikian, administrator tidak perlu melakukan updating jalur (path) jika terjadi perubahan jalur transmisi (path). Dynamic routing umumnya digunakan untuk jaringan komputer yang besar dan lebih kompleks. Dynamic routing di bagi menjadi 2, yaitu: 1. Interior Gateway Protokol 2. Exterior Gateway Protokol

Pengertian metrik adalah nilai kuantitatif yang digunakan untuk mengukur jarak ke rute tertentu.

IPv4 adalah format protokol yang telah dipakai pada saaat awal internet ada.ipv4 ini berformat 32 biner, dengan perkembangan internet sekarang ini dengan banyak pengguna yang menggunakannya, kemungkinan penggunaan IPv4 tidak memadai lagi.Dengan hanya 32 bit format address hanya bisa menampung kebutuhan : 32 = 2 IPv4 Address = 4,294,967,296 IPv4 Address

IPV6 merupakan generasi selanjutnya dari IPV4. IPv6 ini menggunakan format 128 bit binary sehingga bisa menampung kebutuhan : 128 = 2 IPv6 Address = 340,282,366,920,938,463,463,374,607,431,768,211,456 IPv6 Address

Metode perhitungan subnet
a.     CIDR
CIDR  Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR) adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat - alamat IP. Disebut juga sebagai supernettingCIDR merupakanmekanismerouting yang lebihefisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IPjaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan.Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar. Dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat IP yang telah disediakan. 
b.     VLSM (Variable Length Subnet Mask) adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah terbuang [ruang;spasi] alamat. Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan [bagi/kepada] suatu Admin, kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih lanjut membagi lebih lanjut membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh karena lebar dari subnet akan diperkecil, maka disebut dengan variable subnet length mask Jaringan yang berkaitan dengan router serial interface hanya mempunyai 2 alamat, oleh karena itu jika kita memberi suatu subnet, mungkin paling kecil adalah (/ 30) untuk itu.
c.      Superneting
Supernetting merupakan kebalikan dari Subnetting, dimana dalam hal ini penambahan jumlah Host dalam jaringan dilakukan dengan meminjam beberapa bit network untuk dijadikan bit Host dalam membentuk IP-Address pada Supernet, dengan memperhatikan jumlah Nomor Host yang akan digabung.
Pengaturan IP-Address pada super jaringan (supernet) ada prosedurnya tersendiri, yaitu sebagai berikut :
Prosedur Supernetting :
1.     Pada Supernet bit Host yang bernilai nol semua berfungsi sebagai Supernet Address,  bit Host yang bernilai satu semua berfungsi sebagai Broadcast Address.
2.     Pada proses netmasking, IP-Address untuk Supernet-mask ditentukan dengan mengganti semua bit Network  dengan bit 1, dan mengganti semua bit Host (termasuk bit Host yang dipinjam dari bit Network) dengan bit 0.


 Perbedaan static routing dan dynamic routing
Berikut ini tabel perbedaan yang spesifik untuk kedua jenis routing:
Routing Statik
Routing Dinamik
Berfungsi pada protocol IP
Berfungsi pada inter-routing protocol
Router tidak dapat membagi informasi routing
Router membagi informasi routing secara otomatis
Routing table dibuat dan dihapus secara manual
Routing table dibuat dan dihapus secara otomatis
Tidak menggunakan routig protocol
Terdapat routing protocol, seperti RIP atau OSPF
Microsoft mendukung multihomed system seperti router
Microsoft mendukung RIP untuk IP dan IPX/SPX













 Syntax – syntax static routing pada linux
·          # ip route show
Digunakan untuk menampilkan tabel routing, contoh outputnya :
192.168.2.0/24 dev eth1 proto kernel scope link src 192.168.2.1
192.168.1.0/24 dev eth0 proto kernel scope link src 192.168.1.2
default via 192.168.1.254 dev eth0

·          # ip route add {NETWORK} via {IP} dev {DEVICE}
Digunakan untuk menambah static routing, misalnya untuk network 192.168.55.0/24 tersedia melalui 192.168.1.254, berikut perintahnya:

# ip route add 192.168.55.0/24 via 192.168.1.254 dev eth1

sebagai alternative kita juga dapat menggunakan perintah berikut

# route add -net 192.168.55.0 netmask 255.255.255.0 gw 192.168.1.254 dev eth1


·          Kelemahan perintah ‘ip’ atau ‘route’ diatas adalah ketika reboot Linux tidak menyimpan static routing tadi. Jadi, kita perlu menyimpannya dalam file konfigurasi. Jadi misalnya untuk mendefinisikan static routing pada network 10.0.0.0 melalui 10.9.38.65
Buka file /etc/network/interfaces.
Tambahkan baris berikut :

auto eth0
iface eth0 inet static
address 10.9.38.76
netmask 255.255.255.240
network 10.9.38.64
broadcast 10.9.38.79
### static routing ###
post-up route add -net 10.0.0.0 netmask 255.0.0.0 gw 10.9.38.65
pre-down route del -net 10.0.0.0 netmask 255.0.0.0 gw 10.9.38.65

Selasa, 14 Mei 2013

DNS dan Mail Server


Struktur DNS
a. Root Level (.)
Merupakan level utama (level paling penting) sekaligus level awal dari sebuah domain dimana ketika DNS server akan mencari sebuah alamat domain, maka yang diakses terlebih dahulu adalah root level.
b. Top Level Domain (.com, .org, .net, .id, dsb.)
Merupakan level kedua setelah root level dimana ketika DNS telah mengakses ke root, maka akan langsung mengakses ke level ini.
c. Second Level Domain (google, yahoo, dsb.)
Merupakan level setelah TLD, dimana ketika DNS telah mengakses ke root dan TLD, akan langung mengakses ke SLD.
d. Sub Level Domain
Merupakan cabang dari domain diatas, bisa merupakan menu atau aplikasi tambahan pada domain utama. Contoh: mail.google.com 


Istilah – istilah pada DNS Server :
NS (Name Server) record
NS merupakan catatan nama server yang berwenang untuk memetakan sebuah nama domain ke dalam satu daftar dari server DNS untuk domain tersebut. Untuk setiap zona DNS paling tidak harus terdapat dua NS records

MX (Mail Exchange) record
MX adalah record yang menjelaskan tentang domain mail exchange.Formatnya adalah sebagai berikut: [domain-name] IN MX [Preference][Exchange]. Dimana Preference adalah 16 bit integer yang menunjukkan preferences darisuatu domain dengan domain lainnya. Semakin kecil nilainya maka preferencesnya semakin bagus. Exchange adalah domain yang akanmenangani mail exchange untuk owner name.

A (Address) record
A adalah field yang menunjukkan alamat Ipv4. Nama owner akan ekuivalen dengan IP address yang didefinisikan setelah record A.

WKS (Well Knows Service) record
WKS memberikan sebuah daftar dari server yang memberikan servis yang dikenal (well-known service) seperti HTTP atau POP3 untuk sebuah domain.

HINFO (Host INFOrmation) record
HINFO record dapat memberikan informasi tentang tipe Hardware dan Sistem Operasi yang digunakan host.

CNAME (Connovial NAME) record
CNAME, Canonical Name for Alias adalah record yang menjelaskan primaryname untuk owner. Nama ownernya disebutkan dalam alias. Formatny adalah: CNAME.

DNS slave adalah dns server yang fungsinya untuk membackup dns master, sehingga saat dns master down maka dns slave dapat mengantinya. Pada dns slave, konfigurasi db akan secara otomatis di transfer dari dns master. Konfigurasinya :
 pico /etc/bind/named.conf

zone "sekolah36.sch.id" in{
type slave;
file "db.smk";
masters {192.168.4.65;};
};
zone "4.168.192.IN-ADDR.ARPA" in{
type slave;
file "db.65";
masters {192.168.4.65;};
};

DHCP (Dynamic Configuration Protocol) adalah layanan yang secara otomatis memberikan nomor IP kepada komputer yang memintanya. Komputer yang memberikan nomor IP disebut sebagai DHCP server, sedangkan komputer yang meminta nomor IP disebut sebagai DHCP Client.

Istilah – istilah dalam DHCP :
DHCP Discover  : DHCP Client akan menyebarkan request secara broadcash untuk mencari  DHCP Server yang aktif.

DHCP Offer  : setelah DHCP server mendengarkan broadcast dari DHCP Client, DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.

DHCP Request  : Client meminta DHCP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan. 

DHCP ACK : DHCP Server akan merespon permintaan dari client dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada client, dan memperbarui basis data database miliknya. Klient selanjutnya akan memulai proses binding dengan tumpukan protocol.

DHCP Scope  : alamat-alamat IP yang dapat di sewakan kepada DHCP client.

DHCP Lease : batas waktu penyewaan alamat IP yang di berikan kepada DHCP client oleh DHCP Server.


Langkah - langkah client bisa mendapatkan IP melalui DHCP :
ada saat DHCP client dihidupkan , maka komputer tersebut melakukan request ke DHCP-Server untuk mendapatkan nomor IP. DHCP menjawab dengan memberikan nomor IP yang ada di database DHCP. DHCP Server setelah memberikan nomor IP, maka server meminjamkan (lease) nomor IP yang ada ke DHCP-Client dan mencoret nomor IP tersebut dari daftar pool. Nomor IP diberikan bersama dengan subnet mask dan default gateway. Jika tidak ada lagi nomor IP yang dapat diberikan, maka client tidak dapat menginisialisasi TCP/IP, dengan sendirinya tidak dapat tersambung pada jaringan tersebut. Setelah periode waktu tertentu, maka pemakaian DHCP Client tersebut dinyatakan selesai dan client tidak memperbaharui permintaan kembali, maka nomor IP tersebut dikembalikan kepada DHCP Server, dan server dapat memberikan nomor IP tersebut kepada Client yang membutuhkan. Lama periode ini dapat ditentukan dalam menit, jam, bulan atau selamanya. Jangka waktu disebut leased period.

DHCP menggunakan 4 tahapan proses untuk memberikan konfigurasi nomor IP. (Jika Clietn punya NIC Card lebih dari satu dan perlu IP address lebih dari 1 maka proses DHCP dijalankan untuk setiap adaptor secara sendiri-sendiri) :
a. IP Least Request
Client meminta nomor IP ke server (Broadcast mencari DHCP server).
b. IP Least Offer
DHCP server (bisa satu atau lebih server jika memang ada 2 atau lebih DHCP server) yang mempunyai no IP memberikan penawaran ke client tersebut.
c. IP Lease Selection
Client memilih penawaran DHCP Server yng pertama diterima dan kembali melakukan broadcast dengan message menyetujui peminjaman tersebut kepada DHCP Server.
d. IP Lease Acknowledge
DHCP Server yang menang memberikan jawaban atas pesan tersebut berupa konfirmasi no IP dan informasi lain kepada Client dengan sebuah ACKnowledgment. Kemudian client melakukan inisialisasi dengan mengikat (binding) nomor IP tersebut dan client dapat bekerja pada jaringan tersebut. Sedangkan DHCP Server yang lain menarik tawarannya kembali.